You and Me,not Us (2)

Part 2||My Encouragemenet
Tidak ada Cinta, cinta yang aku butuhkan hanya kebebasan
~Aksara Ravindra~

Suara dering ponsel memecahkan konsentrasi nya. Dengan rasa takut, ia mendekatkan benda pipih itu di telinga.
Sudah jam 11 malam, itu artinya seseorang yang ia takuti akan meneleponya.

“Kamu tadi les, gak? “Tidak ada sapa’an hangat. Yang ada hanya pertanyaan penuh selidik.
“Iya, mah. Tadi Akas les bahasa inggris sama matematika”

“Bagus. Jangan sampe bolos, kamu harus dapet nilai bagus. Saya tutup dulu teleponya ”

Tut… Tut… Tut 

Nada suara panggilan terputus secara sepihak. Jika ibunya Aksara menelepon, yang dia khawatirkan hanya pelajaran, bagai mana mendapat nilai bagus, les yang rajin .Apakah dia tidak khawatir dengan keadaan anaknya, ini?

Dia butuh kebebasan.

Arrgghh 

Teriak Aksara, prustasi.

Dia menjambak rambutnya sendiri, menghancurkan apapun yang ada di dekatnya. Termasuk gelas susu yang ada di nakas. Setelah itu, pecahan kaca berserakan di mana-mana.

Di raihnya pecahan kaca itu.
Cukup!!! Dia sudah tidak tahan.
Mamahnya, papahnya. Kenapa tidak ada yang perduli? Kenapa mereka hanya mengirimkan benda mati berbentuk uang?!
Yang tidak bisa dirinya ajak keluh kesah.

Namun…

Gue bakal perduli sama lo, gue akan selalu dukung lo, Akas. Inget, masih ada gue. 

Suara itu, seakan mengintrupsinya untuk berhenti. Ya, dia masih memiliki Alieen .

Suara itu, dimana Alieen mengatakannya saat ia merasa terpuruk seperti ini.

Dia tidak boleh bunuh diri.
Dengan segera, ia mencari handphone nya. Hanya suara Aileen yang ia butuhkan, sekarang.
“Al … ” Lirih Aksara

“Ya ampun,Akas.lo belum tidur? Lo udah minum susu’kan ?,lo gak papa ‘kan?. Kenapa suara lo serak? .Lo nangis?.Kenapa?”

Rentetan pertanyaan keluar begitu saja dari bibir Aileen.Andaikan saja ibunya mengkhawatirkanya seperti wanita yang sedang berbicara denganya di telepon ini.Dia akan merasa begitu bahagia melebihi mendapat nilai 100 ulangan matematika.
Aksara terkekeh pelan.
“Gue kebangun,tadi cuman mimpi buruk”dusta,Aksara.
“Lo gak bohong ‘kan?” tanya nya curiga.
“Perasaan gue kok,gak enak,ya?”lanjutnya.

Aksara tersenyun samar,percuma memang kalau dirinya berbohong kepada seorang ‘Aileen’.

“Lo belum naburin micin,garem sama gula,kali” Aksara berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Aksara,gak lucu ah.Yaudah,deh gue tidur lagi aja.Lo jug–“
“Eiit jangan matiin teleponya.Lo taroh telepon nya di samping lo.Gue mau denger suara ngorok lo”
“Enak aja,gue nggak ngorok”bela Aileen

“Nggak.Cuman ngiler doang”timpal Aksara.

Karena matanya sudah tidak bisa di kondisikan,akhirnya ia menuruti saja permintaan Aksara.
Ia pun mulai terlelap tidur.

Suara halus deru nafas Aileen menyapa pendengaran Aksara.

“Good night,My Princess”gumam ,Aksara.
•••
Cahaya matahari perlahan mulai masuk melalui celah-celah tirai jendela, membangunkan seseorang yang tengah asik bergumul dengan selimutnya.
Saat matanya perlahan terbuka, para pelayan nya sudah siap berdiri di depan nya.
Begini enak nya jadi orang kaya, jika ia bangun, para pelayan sudah sibuk menyiapkan kebutuhunya, seperti seorang prince.
Para pelayan membungkuk dengan hormat, saat Aksara melewati mereka.
Ia masuk ke kamar mandi, dan membersihkan diri dengan air Mawar yang telah disiapkan, ditambah air hangat yang semakin menambah rileks pikirinya.
Sejenak ia melupakan beban masalah yang ia hadapi. Menghirup dalam-dalam lilin aroma terapi yang terus masuk kedalam Indra penciumanya.
Setelah selesai, ia menggunakan kimono yang telah disiapkan.
“Tuan, sarapanya sudah siap”kata pelayan itu.
Aksara hanya berdehem singkat.
Setelah memakai baju sekolahnya, ia turun untuk memulai sarapan. Seperti biasa, ia hanya memakan sarapan itu sendiri. Ini yang tidak ia sukai, bahkan waktu untuk sarapan bersama saja tidak punya.
Apakah semua anak dari orang kaya bernasib seperti dirinya?  Tapi, saat ia melihat kehidupan Dyaz, temanya. Sama sekali tidak seperti dirinya, ibu Dyaz selalu ada saat Dyaz pulang sekolah, dia akan menyiapkan makanan, memberi minum bahkan menanyai apa yang terjadi hari ini.

Jika dikatakan, dia iri kepada Dyaz. Rumput tetangga memang akan terlihat lebih hijau.

“Akaaaaas”teriak seorang perempuan dengan bandana pink.
“Ceria banget, kenapa?”tanya Akas

“Gue emang selalu ceria, emang nya lo, kayak benang kusut tiap hari”hardik gadis itu.

Mereka berjalan melewati lorong sekolah, tidak perduli dengan tatapan dan bisikan orang yang dilewatinya.
“Lo tau gak? ”
“Gak”jawab akas singkat.
“Kan gue belom cerita”
“Oh”Aileen mengabaikan nada datar Aksara. Itu sudah biasa baginya.

“Tadi gue sama ibu ke toko bunga, bunganya cantik-cantik. Kalau lo mau beliin gue bunga, lo bakal ngasih bunga apa ke gue? “
“Gada”
“Kenapa?”
“Karena gue gak bakal beli bunga, kaya orang mati aja dikasih bunga”ucap Aksara.
Menjengkelkan. Tapi Aileen harus sabar, ini emang resikonya jika mau berteman dengan ‘tembok’ hidup.
“Kan seandainya, Akaaaas”
Aksara hanya mengedikan bahunya acuh.
“Susah banget sih pekanya”gerutu Aileen yang berjalan di belakang Aksara.
Namun Aksara masih bisa mendengarnya. Ia pun tersenyun penuh arti.
•••
Terimakasih sudah membaca,
Silahkan tinggalkan jejak
Salam hangat
Call me@Vv

Facebook Comments Box

Add comment

CoretanPelajar

TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA

covid-19 widget

Email Newsletter

MailChimp newsletter form can be embedded here!

For more info, please visit MailChimp documentation.

WhatsApp chat