Suara dering ponsel memecahkan konsentrasi nya. Dengan rasa takut, ia mendekatkan benda pipih itu di telinga.
Sudah jam 11 malam, itu artinya seseorang yang ia takuti akan meneleponya.
“Bagus. Jangan sampe bolos, kamu harus dapet nilai bagus. Saya tutup dulu teleponya ”
Dia butuh kebebasan.
Dia menjambak rambutnya sendiri, menghancurkan apapun yang ada di dekatnya. Termasuk gelas susu yang ada di nakas. Setelah itu, pecahan kaca berserakan di mana-mana.
Yang tidak bisa dirinya ajak keluh kesah.
Namun…
Suara itu, dimana Alieen mengatakannya saat ia merasa terpuruk seperti ini.
Dengan segera, ia mencari handphone nya. Hanya suara Aileen yang ia butuhkan, sekarang.
“Ya ampun,Akas.lo belum tidur? Lo udah minum susu’kan ?,lo gak papa ‘kan?. Kenapa suara lo serak? .Lo nangis?.Kenapa?”
Aksara tersenyun samar,percuma memang kalau dirinya berbohong kepada seorang ‘Aileen’.
“Nggak.Cuman ngiler doang”timpal Aksara.
Ia pun mulai terlelap tidur.
Suara halus deru nafas Aileen menyapa pendengaran Aksara.
Setelah memakai baju sekolahnya, ia turun untuk memulai sarapan. Seperti biasa, ia hanya memakan sarapan itu sendiri. Ini yang tidak ia sukai, bahkan waktu untuk sarapan bersama saja tidak punya.
Jika dikatakan, dia iri kepada Dyaz. Rumput tetangga memang akan terlihat lebih hijau.
“Ceria banget, kenapa?”tanya Akas
“Gue emang selalu ceria, emang nya lo, kayak benang kusut tiap hari”hardik gadis itu.
“Gak”jawab akas singkat.
“Kan gue belom cerita”
“Oh”Aileen mengabaikan nada datar Aksara. Itu sudah biasa baginya.
“Kenapa?”
“Karena gue gak bakal beli bunga, kaya orang mati aja dikasih bunga”ucap Aksara.
Aksara hanya mengedikan bahunya acuh.
Silahkan tinggalkan jejak
Salam hangat
Call me@Vv
Add comment