My cool boy (chapter 3)

Part 3

Hari ini, hari dimana aku sudah sah menjadi siswi sekolah ini. Aku berangkat seperti biasa bersama teman-temanku.

Sekarang jadwalnya adalah pembagian kelas untuk para siswa-siswi baru. Saat itu aku mendapatkan kelas 7A bersama temanku Riri. Aku duduk semeja dengannya.

Dimana Raka? Saat itu dia duduk dikelas 9B. Ya, aku beda dua tahun dengannya. Tapi entah mengapa, hal itu sama sekali tak pernah membuatku berhenti untuk jatuh cinta padanya. Lebay lo.Raka dikenal orang yang ganteng, pintar, baik, tapi ya gitu sifatnya dingin, jarang ngomong juga sih kalo sama orang yang baru dia kenal. Contohnya pas dia minta nomor aku, bahkan dia ngga berani minta langsung, malah nyuruh temanku yang memang adik kelasnya dulu. Di chat pun kadang suka bikin orang kesel sendiri.

Bukan maksud aku buat ngejelek-jelekin atau apa gitu ya, tapi ya emang itu kenyataannya.

Lanjut ke cerita..

Hari demi hari aku lewati dengan chat tak jelas yang dikirim oleh Raka. Semakin hari sikapnya semakin dingin terhadapku. Aku tak tau apa salahku, sampai dia bersikap dingin seperti ini.

Aku tau bukan hanya aku yang mencintainya. Masih ingat dengan Ka Nurul? Ya, dia juga merupakan salah satu orang yang menyukainya, dan mungkin masih banyak lagi orang yang menyukainya tanpa aku ketahui.

***

Enam bulan sudah aku melewati hari-hariku di sekolah ini, dengan hubungan tanpa status yang aku jalani bersama Raka. Aku yang masih sama dengan perasaanku, dan dia, yang aku tidak tahu untuk siapa hatinya itu. Semakin kesini sifatnya semakin dingin kepadaku, bahkan saat bertemu pun ia enggan untuk hanya sekedar menyapaku dan tersenyum padaku.

Ada apa ini Tuhan? Kenapa sifatnya berubah seperti ini? Apa salahku padanya? -Batinku.

Jujur aku rindu dia yang dulu. Dia yang selalu bisa membuatku bahagia dengan hal2 kecil yang dia lakukan.

Bagaimana dengan Raka? Apa dia juga merasakan hal yang sama sepertiku? Atau mungkin sebaliknya.

Akhir-akhir ini hubunganku dengan dia mulai merenggang, dan mungkin bisa dibilang tak pernah ada kata sapaan diantara kita lagi. Jujur aku sedih dengan keadaan kita yang seperti ini.

Sudah hampir satu tahun aku dengannya menjalani hubungan yang mungkin tak pantas untuk dibilang sebagai suatu hubungan yang baik2 saja.  Minggu depan Raka akan mengahadapi UNBK pertamanya, rencananya jum’at ini, sebelum dia UN aku ingin mengungkapkan semuanya padanya, semua hal yang sudah aku pendam selama hampir setahun ini. Aku pun ingin tahu apa yang membuat dia berubah terhadapku.

Hari jum’at…

Aku sudah bertekad untuk bicara dengannya. Aku bersama Riri berniat untuk menemui Ka Raka dikelasnya. Saat itu semua kelas sedang dibersihkan karena senin nya akan di laksanakan UN, dan kami siswa-siswi kelas 7 dan 8 akan diliburkan. Itu alasannya aku memberanikan diri untuk segera berbicara dengannya, karena kalau tunggu sampai UN selesai takutnya susah untuk bertemu dengannya lagi.

Lanjut cerita.. Saat didepan kelas Ka Raka aku tidak berhasil menemukannya, tapi untungnya aku melihat Ka Andi yang merupakan sahabat Ka Raka. Aku pun langsung menemuinya dan ditemani dengan temanku Riri.

“Permisi Ka..” Kataku yang menyapanya.

“Eh iya ada apa Rana?” Tanyanya padaku.

“Maaf Ka kalau aku ganggu, aku lagi nyari Ka Raka apa dia ada didalam?” Akupun mulai bertanya padanya.

“Ooh Raka, tadi sih aku lihat dia lagi nongkrong di warung sama teman2 yang lain Ran” Katanya menjelaskan padaku.

“Ooh berarti ngga ada didalam ya Ka, yaudah makasih ya, aku permisi dulu Ka” Kataku dan mulai beranjak pergi dari tempat itu.

Aku yang masih bersama Riri, sekarang sedang duduk di depan kelas kita.

“Gimana Ran, kamu masih mau nemuin Ka Raka lagi?” Kata Riri bertanya padaku.

“Aku ngga tahu Ri, tapi aku harus nemuin Ka Raka, aku harus ungkapin ini semua, dan aku harus tahu alasan kenapa Ka Raka menghindar dari aku” Aku yang mungkin sekarang sudah tersulut emosi.

“Yaudah kalau gitu ayo kita cari Ka Raka Ran, jangan diem aja kaya gini.” Katanya.

“Oke, kita ke warung itu sekarang” Kataku.

“Ayo” Jawabnya singkat.

Aku pergi menuju warung itu dengan Riri yang masih setia disamping ku. Dan apa yang aku lihat?

“Ran itu bukannya Ka Raka ya?” Tanya Riri.

Ya, dia ada disini. Raka Fadlan Adriansyah ku ada disini. Hatiku hancur, semuanya hancur, semua harapanku hancur saat itu juga.

Aku melihatnya bersama wanita lain, hatiku seperti teriris ribuan duri yang pasti akan membuatku merasa sangat sakit. Mataku mulai memanas, aku tak tahu apa yang terjadi padaku saat ini. Yang aku tahu, saat ini aku hanya ingin pergi dari dunia ini, meninggalkan semuanya tentang dia, dia yang telah membuatku hancur seperti ini.

“Ran, kamu gpp kan?” Ucap Riri sambil menepuk pundakku, seraya dia ingin menguatkanku.

“Iya gpp ko Ri, ayo balik ke kelas aja” Kataku sambil tersenyum seolah ingin menyembunyikan semua perasaan hancurku darinya.

“Kamu yakin Ran, apa kita ngga ke Ka Raka dulu?” Tanyanya padaku.

“Ngga usah Ri, aku takut ganggu dia sama cewe itu, lagi pula sekarang aku udah tahu apa alasan dia ngehindar dari aku selama ini, semuanya udah cukup jelas buat aku.” Kataku yang mencoba untuk menahan air mata yang sebentar lagi akan turun dari asalnya.

Aku pun segera berlari dari tempat itu dan tanpa sengaja aku meninggalkan Riri disana, tapi ternyata Riri malah mengejarku sampai kami berada di kelas.

“Kamu benar2 gpp Ran?” Tanya Riri yang sekarang sudah duduk disamping kursi ku.

“Iyaa gpp ko Ri, tenang aja aku udah terima semuanya ko” Kataku yang tersenyum padanya.

“Ngga, aku tahu kamu hancur Ran, tolong jangan berpura-pura biasa saja padahal hati kamu hancur.” Katanya sambil memelukku.

“Hiks.. Aku ngga tahu harus gimana, hiks.. Aku bingung Ri, aku sayang sama dia, tapi diaa hiks..” Kataku yang saat ini mulai menangis dalam pelukannya. Untung aja keadaan kelas sepi saat itu, hanya ada aku dan Riri doang.

“Udah, lupain dia. Masih banyak orang yang sayang sama kamu Ran, ada aku, ada teman2 kelas, semuanya sayang sama kamu, please jangan kaya gini. Stop nangisin dia yang bahkan ngga pernah nganggap kamu ada.”

Jujur, ucapan Riri membuatku semakin hancur, tapi aku tahu maksudnya dia tuh apa. Dia cuma pengen, aku ngga pernah berharap sama orang yang ngga pernah nganggap kita ada. Makasih Riri.

“Udah ya Ran please jangan nangis” Katanya menambahi.

“Emm hiks hiks iya, makasih Ri” Kataku yang mencoba menenangkan diriku sendiri.

“Yaudah sekarang kita ke kamar mandi ya, cuci muka kamu, kalau kaya gini jadinya jelek tahu✌” Katanya sambil mengejekku.

“Iyaa” Jawabku singkat.

Yaa, dia benar2 sudah membuatku hancur sehancur-hancur nya. Aku yang selama ini telah sabar dengan sikap dinginnya padaku, tapi dia malah melakukan ini padaku. Duduk berdua dengan seorang wanita bercanda bersama dengan tatapan mesra, dan apa itu? Mereka berdua juga saling menyuapi makanan satu sama lain.

Kamu benar-benar sudah membuatku hancur Raka Fadlan Adriansyah.

Pagi harinya aku berangkat ke sekolah seperti biasa, dengan perasaan yang masih hancur dan wajah yang kusam. Aku masuk kedalam kelas ku dan bertemu dengan Gibran, teman kelasku.

“Eh Ran, kamu kenapa? Ko pucat gitu, kaya ngga ada semangat2 nya sama sekali buat sekolah.” Tanya Gibran padaku.

“Eh ngga ko, aku gpp, awas aku mau duduk” Kataku yang mengusir Gibran dari tempatku.

“Ih galak amat sih neng, abis kesambet apa sampe galak kaya gini?” Katanya sambil nyengir kuda padaku.

“Udah deh sana, aku pengen sendiri.” Kataku dengan nada ketus.

“Iya iya aku pergi dari sini, tapi jangan kangen ya” Katanya menggodaku.

“Gibraaaaaan” Teriakku.

“Kabuuuuur” Dia yang berlari pergi karena teriakan ku.

“Dasar cowo aneh”-Kataku dalam hati.

Aku yang masih sibuk dengan buku2 ku, akhirnya tersadar bahwa sedari tadi Riri sedang memperhatikanku.

“Riri kamu ngapain disitu?” Tanyaku.

“Kamu lagi ngapain? Kamu lagi menyibukkan diri kamu biar kamu lupa sama Raka?” Katanya yang sekarang sudah ada di depaku.

“Ngga, apaan sih Ri, aku lagi ini ngerjain tugas kemarin belum selesai.” Kataku yang masih sibuk dengan bukuku.

“Stop Ran, kamu ngga boleh kaya gini. Aku tahu kamu Ran, kamu masih belum bisa nerima ini semua kan? Jangan pura2 didepan aku Ran.”

“Aku gpp Ri, hiks aku gpp.. Aku baik2 aja hiks.. Aku udah lupa sama diaaa hiks…” Kataku sambil menutup wajahku yang sekarang sudah basah karena air mataku ini.

“Iyaa aku tahu sulit buat kamu bersikap biasa aja sama semua ini, tapi tolong jangan pernah nangisin dia.” Katanya yang masih berdiri dan memelukku yang saat ini sedang duduk di kursi.

“Kenapa aku cengeng gini sih Riii? Aku ngga mau kaya giniiii” Tangisku yang masih didalam pelukannya.

“Yaudah iya, udah ya jangan nangis lagi, bentar lagi anak2 bakal datang dan kelas ini bakal ramai, kamu ngga malu apa dilihatin nangis kaya gini?”

“Iyaa Ri”

Dan tanpa aku sadari, ada seseorang yang melihatku menangis tadi selain Riri. Ya, Gibran melihatku menangis. Tapi dia berpura-pura tidak melihat apapun yang terjadi tadi.

Triiing triiing…

Bel masuk sudah berbunyi, dan aku sudah siap menerima pelajaran hari ini.

***Bel pulang sudah berbunyi…

Aku masih berada di kelas sendirian, karena semua siswa-siswi sudah pulang ke rumah mereka masing-masing. Dan Riri, tadi dia ijin pulang duluan karena ada acara keluarga katanya.

Saat keluar dari kelas tiba-tiba ada yang menarik tanganku. Aku benar2 terkejut, karena apa? Ya, dia yang menarikku. Orang yang sudah membuat perasaanku hancur sekarang dia sudah ada didepan ku.

Rasanya saat itu juga aku ingin sekali marah kepadanya, marah atas semua perlakuan dia ke aku, marah karena dia telah berubah, marah karena mungkin aku belum bisa menerima semua kenyataan pahit ini, kenyataan yang membuat harapanku hancur seketika.

“Lepas!” Bentakku yang mencoba melepaskan tangannya dari tanganku.

“Ngga, dengerin aku dulu, kamu kenapa kaya gini? Kenapa kamu berubah? Kamu ngga pernah komunikasi lagi sama aku, apa salahku sama kamu?”

What? Dia nanyain itu ke aku? Apa ngga salah?

“Maaf ya, apa aku ngga salah dengar? Kamu benar nanyain itu ke aku?”

“Iya, kamu kenapa kaya gini?” Tanyanya lagi.

“Please deh nyadar dong ka, apa yang udah kaka lakuin ke aku, sampai buat aku kaya gini!” -Batinku.

Aku masih terdiam, rasanya aku pengen banget ngungkapin ini semua, tapi aku tahu dia mungkin ngga akan peduli, apa pedulinya? Dia aja ngga pernah nganggap aku ada.

“Ran jawab kenapa kamu diem aja? Kamu ngga bisa ngomong atau emang kamu ngaku salah karena udah diemin aku kaya gini?” Tambahnya.

“Cukup Ka, cukup semuanya. Kaka ngga pernah nyadar, apa yang bikin aku kaya gini ha? Ngga kan? Emang ya semua cowo itu sama aja, ngga ada bedanya, termasuk kamu Ka. Mana Ka Raka yang dulu aku kenal? Mana Ka Raka yang selalu ada buat aku? Semuanya udah berubah. Ya, aku tahu ko, kaka udah bosen kan? Iya kan? Jawab ka!” Aku yang sudah tersulut emosi.

“Apa maksud kamu Ran? Aku udah ngelakuin apa sampai buat kamu kaya gini?” Dia yang masih berpura-pura tidak tahu apa2.

“Haha, lucu ya, kaka yang ngelakuin tapi kaka sendiri yang lupa, hah dasar!” Kataku yang semakin emosi.

“Apa sih Ran, kalau ngomong tuh yang jelas, aku ngga ngerti maksud kamu.”

“Oke, gini ya, kaka masih ingat pas hari jum’at aku nyari kaka, apa kaka tahu itu?”

“Iya aku denger dari Andi katanya kamu ke kelas aku buat nyari aku, tapi aku ngga ada disana, dan maka dari itu aku pengen nanya kenapa kamu nyariin aku.”

“Ya, berarti kaka tahu dong kalau aku sampai nyari kaka ke warung? Tau kan? Pasti tau lah, orang kaka sendiri ada disitu.”

“Kamu tahu dari mana aku ada disitu? Dan kamu juga ngapain kesana?”

“Ngga penting aku tahu dari siapa. Yang jelas aku udah lihat semuanya. Kaka masih ingat, cewe yang nyuapin kaka waktu itu? Emm aku yakin sih masih ingat ya, mesra banget ya Ka, apa kaka pacaran ya sama dia? Ooh selamat ya Ka, aku ikut bahagia.” Kataku dengan senyum penuh arti.

“Maksud kamu Diana? Aku ngga ada apa2 sama dia Ran.”

“Emm aku ngga peduli sih ya Ka, karena sekarang aku udah tahu alasan kaka menghindar dari aku itu apa. Dan aku lega banget ko, karena akhirnya, aku bisa tahu sifat kaka yang sebenarnya. Makasih buat semuanya.” Kataku.

“Tapi Ran aku..”

Belum sempat dia berbicara aku sudah memotong pembicaraannya.

“Udah ka, ngga ada yang perlu dijelasin. Lagi pula, aku bukan siapa2 kaka kan? Jadi aku ngga masalah ko, dan aku sangat berterimakasih untuk semuanya, semua kebahagiaan, keceriaan, dan luka yang udah kaka kasih ke aku. Terima kasih untuk semuanya. Aku permisi.”

Aku pun meninggalkannya sendiri. Jujur aku benar2 tak sanggup jika aku jauh darinya, untuk mengatakan itu pun tadi, aku harus mengumpulkan keberanian itu dulu.

Maaf ka, tapi mungkin ini yang harus terjadi. Aku yang tidak memilih untuk mendengarkan semua penjelasan darinya.

Aku harap setelah ini, kamu, Raka Fadlan Adriansyah tidak akan pernah menyakiti perasaan wanita lain seperti yang kamu lakukan padaku.

Bersambung...

@Uwii

Next part…?

Tunggu cerita selanjutnya ya… 

cerita sebelumnya

Part 1

Facebook Comments Box

Dwi Hrwnti

Add comment

CoretanPelajar

TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA

covid-19 widget

Email Newsletter

MailChimp newsletter form can be embedded here!

For more info, please visit MailChimp documentation.

WhatsApp chat