My cool boy (chapter 5)

Part 5

“Nah itu dia, sini” Ucapnya memanggil temannya itu.

Siapa yang aku lihat?

“Hei dari tadi gue nyariin lo, ternyata lo ada disini had” Ucap temannya itu.

“Oh iya, kenalin ini temenku Raka namanya” Ucap Hadi memperkenalkan dia.

Raka? Dan benar, dia Raka, dia disini sekarang.

“Oh iya aku Hana, ini temenku Rana ka” Kata Hana yang memperkenalkanku padanya.

“Eh iya, Rana.” Ucapku singkat.

“Raka. Senang bertemu dengan kamu ran” Ucapnya sambil tersenyum padaku.

Deg. Apa ini? Stop Ran, jangan kaya gini.(ucapku dalam hati)

Di tempat yang berbeda… 

“Siap komandan, ada yang perlu saya bantu?” Ucap Gibran bertanya kepada orang yang ada di seberang sana.

“Gibran kamu dimana sekarang?” Tanya orang di seberang sana.

“Saya sedang ada di mall, memangnya ada apa ndan?”

“……”

“Oh oke nanti akan saya belikan ndan, dan ini juga saya akan langsung pulang ke barak dan langsung menemui komandan” Kataku.

“……”

“Sama sama komandan, saya tutup telefonnya komandan, siap.”

“…….”

Kayanya gue harus telfon si Hadi nih -Kataku.

Di Restaurant… 

“Eh ko jadi pada bengong gini sih, ayo ayo pada duduk dulu” Hadi yang memecah keheningan saat ini.

“Iya ayo ran kita duduk” Ucap Hana.

“Emm iya iya” Kataku.

Hening. Itu yang aku rasakan saat ini. Entahlah apa yang terjadi pada diriku saat ini.

“Eh iya han, jadi kamu sekolah di SMA CENDRAWASIH?” Kata Hadi yang mulai memecah keheningan diantara kami.

“Iya Had, aku sekolah disitu, sama Rana juga, kita sekelas juga” Ucap Hana menjelaskan.

“Ooh berarti kalian satu sekolah dong sama bang Raka? Ya bang?”

“Eh iya Had, Aku sekolah disitu” Ucap Raka.

“Berarti seru dong nanti, kan sekarang kalian udah saling kenal nih, jadi kalo ketemu juga ngga bakal canggung lagi, bener kan Rana?” Ucap Hadi yang tiba2 bertanya padaku.

“Eh iya iya had bener” Kataku.

“Oh iya Hana sama Rana masuk jurusan apa?”

“Kita jurusan IPA ka” Kata Hana.

“Oh anak MIPA toh, MIPA berapa kalian?” Tanya Raka.

Aku males meladeni ucapan Raka ini, kenapa dia harus bertanya terus menerus, menyebalkan. Biarkan Hana yang menjawab semua pertanyaan nya itu.

“Kita MIPA 2 ka” Ucap Hana.

Drrttt drrttt…. 

“Eh itu ponsel kamu bunyi di” Kata Hana yang sadar bahwa ponsel Hadi berbunyi sejak tadi.

“Eh iya, bentar ya aku angkat dulu” Kata Hadi.

“Hallo, ran lu dimana?” Tanya Hadi pada orang di seberang sana.

“Hallo had, maaf ini gue tadi dapet telfon dari komandan buat beliin sesuatu untuk istrinya yang lagi ngidam, terus komandan juga lagi ngga ada disana jadi dia minta tolong gue buat beliin itu, jadi ini juga gue mau nyari terus langsung mau pulang ke barak” Kata Gibran menjelaskan pada Hadi.

“Terus lu ngga jadi kesini dong ran?”

“Ngga Had, gue ngga bisa kesana, nggapp kan kalo gue tinggal lu sendiri, soalnya ini perintah komandan gue ngga bisa nolak”

“Yaudah nggapp kalo gitu, lu langsung nyari aja terus langsung kasih ke istrinya komandan ya jangan sampe bikin komandan kecewa ran” Ucap Hadi menasihatiku.

“Haha iya Had ini juga gue mau nyari ko, yaudah ya gue tutup telfonnya.”Kataku mengakhiri sambungan telfonnya.

“Iya lu ati ati ya ran”

“Eh maaf ya ini gue jadi ngangkat telfon didepan kalian nih” Ucap Hadi minta maaf.

“Iya Nggapp ko Had, btw itu tadi siapa yang nelfon kamu?” Tanya Hana pada Hadi.

“Ooh itu tadi Gibran temen aku, tadi dia kesini bareng nemenin aku buat ketemu kalian, tapi tadi dia telfon katanya dia baru dapet panggilan dari komandan buat langsung pulang ke barak nemuin istrinya komandan buat ngasih titipan dari komandan, ngga mungkin kan kalo dia nolak, makanya dia nelfon tadi katanya ngga bisa kesini mungkin lain kali bisa ketemu sama kalian lagi” Ucap Hadi menjelaskan pada kami berdua.

“Gibran itu siapa lu Had?” Raka yang tiba2 bertanya pada Hadi.

“Gibran itu temen gue di barak bang, dia itu satu2nya temen yang bisa ngertiin keadaan gue saat gue senang ataupun saat gue susah, pokonya dia itu orangnya baik banget deh, nanti deh gue kenalin ya sama abang”

“Loh ke Ka Raka doang? Kita ngga dikenalin sama Gibran temen kamu itu? Iya kan Ran?” Kata Hana yang tiba2 membawa namaku.

Dasar Hana, maksudnya apa coba ngomong kek gitu.

“Eh, iya, kenapa ngga di kenalin sama kita juga Had?” Aku yang akhirnya ikut menyambung dalam pembicaraan tentang Gibran ini.

Gibran? Siapa dia? Sepertinya aku merasa tak asing dengan namanya itu. Entahlah. Jadi ternyata, Hadi itu juga mau kenalin sahabat satunya lagi ke kita.

“Ooh iya ya, yaudah nanti aku juga kenalin sama kalian ya, pokonya Gibran ini perfect deh” Jawab Gibran.

“Okee” Jawab kami bersamaan.

Perbincangan kita pun dimulai… 

Sampai akhirnya Hadi tiba2 mendapatiku sedang melamun.

“Rana?” Tanya Hadi tiba2 padaku.

“Eh iya Had kenapa tadi?” Jawabku dengan nada ngelantur banget.

“Kamu kenapa? Sakit ran? Ko dari tadi diem aja ngga ngomong” Tanya Hadi.

“Emm ngga ko, aku ijin ke toilet dulu ya” Ucapku pada semua orang yg ada di meja kami.

“Mau aku temenin ran?” Kata Hana

“Ngga usah Han, kamu disini aja sama Hadi, kayanya Hadi juga ngga bisa jauh2 dari kamu tuh” Kataku yg mampu membuat merona pipi Hana kali ini.

“Ciaelaaah udah ya aku ke toilet dulu” Sambungku.

“Iya jangan lama2” Ucap Hadi dan Hana.

Aku sengaja meninggalkan mereka, entahlah aku merasa canggung saat berhadapan dengan dia lagi, siapa lagi kalo bukan Raka. Kenapa bisa dia ada disini? Terus ko bisa sih dia temenan sama Hadi yang notabennya taruna jauh dari Raka yang cuma mikirin penampilannya doang. Aneh sih ini mah.

“Had,Han aku juga ke toilet bentar ya, lama kelamaan aku jadi nyamuk disini tau ngga” Kata Raka.

“Haha bisa aja lu bang yaudah sana yang lama ya haha” Canda Hadi padanya.

“Iya siap komandan” Kata Raka.

Ngapain Raka ke toilet ya? Apa dia ngikutin Rana? (batin Hana).

Di depan toilet…

“Udah Rana, kamu ngga boleh gini. Kamu harus bisa lawan hati kamu jangan lemah Rana, kamu bisa iya kamu bisa Rana.” Ucap Rana pada dirinya sendiri melalui cermin.

Buggg!!

“Rana”

“Kamu ngapain disini? Bukannya diem aja disana.” Kataku.

“Aku ngikutin kamu” Raka

“Ngapain kamu ngikutin saya? Kurang kerjaan banget.” Ucap Rana dengan nada ketus.

“Aku pengen ngobrol berdua sama kamu, tadi disana kita ngga bisa ngobrol bebas, makanya aku ngikutin kamu kesini”

“Apa sih mau kamu? Kamu mau bikin aku hancur lagi? Belum puas sama apa yang kamu lakukan dulu sama aku? Belum puas kamu?!”

Ya bisa dibilang saat ini Rana sudah mulai tersulut emosi.

“Kamu tenang dulu ran, aku cuma pengen ngobrol berdua doang ko” Jawab Raka padanya.

“Ngga, aku mau pergi, awas!” Usir Rana pada Raka.

Dengan tersulut emosi Raka pun akhirnya mencengkram tangan Rana agar tidak pergi dari tempat mereka saat ini.

“Bentar doang ran, ayo aku mau ngomong”

“Ngga! Aku ngga mau. Lepasin tangan aku!” Teriak Rana.

“Aku ngga bakal lepasin kamu ran, ngga akan”

“Lepasin ngga! Kamu tuh mau apa sih, aku ngga mau ngobrol sama kamu. Kamu itu ngga tau diri. Kamu jahat. Kamu.. ”

Plakkk!!

“Rana, aku minta maaf. Sumpah aku ngga sengaja nampar kamu ran”

Ya, Raka menampar Rana. Dia menampar wanita yang sedang rapuh saat ini. Jahat.

“Udah, udah cukup, aku mau pergi” Kata Rana yang saat ini memegang pipi yang sudah merah akibat tamparan Raka.

“Ran aku minta maaf, Rana!” Teriak Raka. Dan Rana yang sudah melenggang pergi.

Raka memang tidak tahu diri. Dia lelaki yang jahat. Bahkan, ayah Rana pun tak pernah menampar Rana seperti itu. Dia menampar seorang wanita yang dulu pernah singgah di hatinya, wanita yang saat ini benar2 rapuh karena ulahnya. Raka, kamu jahat.

“Hana ayo pulang, aku ngga mau disini.” Ajak Rana pada Hana dengan nada emosi.

“Loh kenapa ran? Terus ko kamu lama banget sih di toilet, Ka Raka mana?” Hana malah membebani Rana dengan pertanyaan yang membuatnya emosi.

“Aku ngga tau! Aku mau pulang” Rana yang sudah semakin emosi.

“Yaudh ayo kita pulang. Kita pulang dulu ya had, next time kita ketemu lagi” Pamit Hana pada Hadi.

“Yaudah iya hati2 ya han, ran. Nanti aku sampein ke bang raka kalo kalian udah pulang.” Ucap Hadi.

“Oke, ayo Ran”

Rana dan Hana melenggang pergi dari mall itu, dan berniat ingin pulang ke rumah mereka masing2.

Saat di perjalanan… 

Entah apa yang ada dipikiran Rana saat ini, hatinya sangat hancur. Raka kembali ke dalam hidupnya, dan membuat luka yang sangat dalam bagi hatinya.

Batinnya tersiksa, jiwanya lemah, hatinya teriris, dia ingin menangis. Tapi dia harus tetap kuat, jangan lemah Rana.

“Ran, kamu kenapa?” Tanya Hana sambil memegang pundak sahabatnya itu.

Tak ada jawaban dariku. Apa yang harus aku lakukan saat ini.

“Ran?” Tanya Hana lagi.

“Nggapp ko han, aku lagi pengen pulang aja”

Aku berbohong. Ya, Aku bohong pada sahabatku sendiri.

“Kamu bohong ran, ngga mungkin kamu ngga ada apa2. Terus kenapa tadi pas di mall kamu langsung pulang ngga mau nungguin Ka Raka dulu, kamu ngga pernah kaya gini ran, kamu jangan bohong sama aku.”

Hana memang benar, Rana tak pandai berbohong padanya. Tapi untuk apa dia ceritakan pada Hana, tak akan ada gunanya.

“Ngga usah ngomong tentang dia!” Bentak Rana pada Hana.

 

 

Bersambung… 

Apa yang akan terjadi? Apa Rana akan tetap diam? Lalu bagaimana dengan hubungan Rana dan Raka? Tunggu kisah selanjutnya yaa… 🤗😄

 

 

 

 

 

 

 

Facebook Comments Box

Dwi Hrwnti

Add comment

CoretanPelajar

TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA

covid-19 widget

Email Newsletter

MailChimp newsletter form can be embedded here!

For more info, please visit MailChimp documentation.

WhatsApp chat