You and Me,not Us

(Aksaraileen)

Terimakasih telah membuat aku ‘hidup’ seperti aku yang sekarang. Aku merindukanmu.

~Aksara Ravindra~

•••

Di sebuah kafe, seorang lelaki berumur 25 tahun tengah sibuk dengan komputernya. Diraihnya bingkai foto yang menampilkan wajah dari seseorang yang dirindukan.

Ia mengelus pelan bingkai itu. Hatinya mendadak gusar, ia teringat akan kejadian 10 tahun yang lalu. Dimana dia, bersama gadis sang penyemangatnya.

•••

Hari ini, adalah hari kenaikan kelas 10.Para orang tua datang untuk mengambil raport anaknya masing-masing. Tapi, tidak dengan anak yang tengah duduk sendiri di sudut ruangan. Seperti biasa, orang tuanya tidak mungkin akan datang. Meskipun ia telah memberitahui orang tuanya jauh-jauh hari.

Terkadang, dia merasa iri dengan mereka. Apakah orang tuanya tidak datang karena malu? Jujur, dirinya hanya mendapat rangking 10 besar. Apakah jika dia mendapat rangking 3 besar, orang tuanya akan datang mengambil raport nya? Mengatakan ‘aku bangga padamu, nak’ seraya memeluknya dengaakanngat?

Kalau pun begitu, dia akan berusaha. Dirinya pasti bisa.

“Orang tua lo gak datang, kas? ” ucapnya mengagetkan anak itu.

“Menurut gue si, nggak. Mana mungkin mereka ninggalin bongkahan emas nya demi gue”
Gadis itu mengelus pelan punggung anak bernama ‘kas’ itu.

“Jangan gitu Aksara, meskipun mereka gak dateng, gue yakin mereka pasti bangga sama lo”
Ucapnya menyemangati Aksara.

Aksara hanya tersenyum simpul.
Ya… ‘mungkin’.

“Aileen”panggil seorang wanita paruh baya.

“Ya, bu”sang ibu menghampiri anak gadisnya itu.
“Kamu mau pulang sekarang? atau nanti? “Katanya memberi pilihan.

“Nanti saja bu, El mau main dulu sama Akas”

“Yaudah ibu pulang duluan, ya”

Anita, ibunya Aileen pergi meninggalkan mereka.

“Lo beruntung punya ibu kaya dia, ibu rumah tangga, gak kerja kaya mamah gue”nadanya kini terlihat murung.

“Kita ke kantin aja yu”ajaknya.

•••

“Oh, iya. Gue lihat ada lomba gambar gitu. “gadis itu mencoba memberitahu.

“Tapi, orang tua gue nggak setuju kalau gue ngegambar. Katanya buang-buang waktu”

“Tapi kan gambar lo bagus, kas. Punya bakat tuh gak boleh di pendem”

“Orang tua gue pengenya, gue jadi dosen. Bukan seniman, animator, atau apa lah itu”nada bicaranya kini mulai naik satu oktaf.

“Okeh, gue bakal dukung lo. Tapi, kalau lo gak suka ngejalaninya, jangan dipaksa. Ini hidup lo. ”

“Tapi tujuan gue cuman mau orang tua gue–bangga” suaranya tercekat. Dia tidak ingin membahas ini lagi, hatinya seakan teriris. Berat memang, tapi dia harus mencoba.

“Sebelum lo nge banggain orang lain, banggain dulu diri lo”.

Aksara tersenyum samar, ini yang dirinya suka dari Aileen. Dia akan selalu menyemangati Aksara, memberinya solusi jika ada masalah, jadi orang paling khawatir jika Aksara sakit. Entah itu sakit fisik maupun batin.

Suara musik tengah mengisi ruang sunyi. Disana, seorang gadis tengah fokus meliuk-liuk kan badanya seirama dengan musik itu.

Dengan penuh energic dan penghayatan,seolah-olah ia merasakan makna dari lagu yang di mainkanya . sampai keringat mulai turun dari pelipisnya.

Sampai suara musik berhenti, begitupun dengan tarian nya.

Dia terduduk lesu, nafasnya sampai ter engah-engah.

Prok… Prok… Prook.

Gadis itu menoleh ke sumber suara.

“Lo tambah jago, El”puji lelaki berambut sedikit pirang itu.

Alieene hanya terkekeh kecil. Baginya, ini bukan apa-apa. Jika di bandingkan dengan kemampuan ibunya.

“Ini masih belajar kali, yaz”

“Gue denger, nanti bakal ada lomba nari di SMA SANJAYA”

“Percumah, yaz. Kepala sekolah gak bakal ngizinin, kita kesana itu, gak cuman modal nekat,kita juga butuh uang. Buat kostum sama transportasi. “Aileen menunduk lesu

“Lo bener juga”

SMA HANSABA yang menjunjung tinggi nilai akademik ,disini,ekstrakurikuler memang bukan prioritas. Disini bahkan jarang mengadakan lomba, tidak seperti di SMA SANJAYA yang setiap guru akan mendukung ,termasuk kepala sekolah.

Di SMA HANSABA, berisikan orang-orang ambis,walau tidak semuanya.Mereka akan melakukan berbagai cara untuk mendapat nilai bagus.Termasuk ya… kalian tahu? Menyogok guru.

Bagi mereka,kegiatan eskul itu kegiatan membuang-buang waktu.Mereka akan sibuk membaca buku,sampai dikantin pun,mereka makan seraya membaca buku.

Karena tradisi ‘horror’ disini,para guru akan memasang nilai mereka di mading,catat, NILAI SETIAP TUGAS,MEREKA. Bayangkan jika kalian mendapat nilai ulangan harian matematika tiga puluh. Karena itu akan sangaaaat memalukan. Nilai terendah saja, paling tidak tujuh puluh. Jika kalian bernasib baik, maka kalian hanya diberi surat peringatan. Dan jika tidak… maka kalian akan di pulangkan ke orang tua kalian masing-masing.

Padahal, ekstrakurikuler merupakan ajang kreativitas bagi siswa. Sekolah bukan hanya untuk mengejar bakat akademik, namun non akademik juga perlu.

Karena dalam diri setiap anak, punya potensi nya tersendiri.

Di SMA HANSABA, bahkan setiap akhir bulan akan mengadakan lomba. Entah itu matematika, sains, bahasa inggris, sejarah, atau pun yang lainya.

“Gue udah bilang ke ibu santika, katanya kalau mau ikut lomba harus punya dana sendiri. Sekolah bakal bantu satu juta”jelas Dyaz.

“Okeh, satu juta mungkin cuman buat nyewa kostum. Selebihnya, gue bakal minta iuran dari anak-anak ”

***

*FYI

Aileen dibacanya

Eiliin. Panggilanya Elin.

Terimakasih sudah

Membaca 🙂

Story by: call me@Vv

Facebook Comments Box

Add comment

CoretanPelajar

TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA

covid-19 widget

Email Newsletter

MailChimp newsletter form can be embedded here!

For more info, please visit MailChimp documentation.

WhatsApp chat