Beautiful

Title: Beautiful
Cast: Jaemin [NCT], Chou Yera
Genre: Romance, Friendship
Lenght: Oneshot

****

Terbenamnya matahari menandakam malam telah datang. Bintang-bintang muncul mengikuti bulan yang lebih dahulu terlihat di atas langit. Gadis remaja yang berwajah imut nan manis, yang masih duduk di bangku SMA kelas 2. Chou Yera, gadis yang dimaksud.

Seperti sedang menunggu kedatangan seseorang yang istimewa tanpa menghiraukan malam telah larut dan tidak mengingat besok akan berangkat sekolah.
Tidak terlihat rasa kesal sedikitpun dari wajah imutnya. Apakah ia sudah terbiasa atau’ kah memang sifatnya yang sabar.

Terdengar suara sepatu khas olahraga semakin mendekat. Yera masih belum merubah posisi duduknya menghadap sungai han. Di saat sebuah suara seseorang yang familiar memanggilnya, barulah ia bangkit dari duduknya. Lalu sebuah senyuman yang sangat manis terlukis di bibir gadis itu.

“Maaf, aku terlambat!” sesal seorang anak lelaki remaja yang baru datang tersebut.

“Tidak apa-apa. Hanya saja jangan diulangi lagi ya!” seru Yera dengan suara yang terdengar sangat tenang.

Anak lelaki didepannya langsung menganggukkan kepalanya cepat dan tangan lelaki yang tadinya bergelantung bebas spontan menggandeng tangan Yera. Gadis itu masih tiidak tahu apa artinya genggaman dilengannya.

“Ayo pergi!”

“Senior!” panggil Yera.

“Ya?”

“Terima kasih.”

“Untuk apa?”

“Karena senior udah mau jadi temanku.” Tutur Yera tanpa lepas dari senyumnya.

“Tanpa diminta pun aku mau jadi teman Chou Yera,”

Senyum Yera semakin mengembang setelah mendengar perkataan Jaemin. Lelaki itupun ikut tersenyum melihatnya.
Walaupun mereka masih duduk di bangku SMA. Jaemin yang merupakan senior dari Yera. Tepatnya kelas 12. Sedangkan Yera sendiri Adalah seorang adik kelas. Tepatnya kelas 11. Tapi hubungan keduanya sangat dekat. Dekat dalam arti yang masih belum diketahui.

“Yera, besok aku akan menjemputmu ya!” tutur Jaemin.

“Senior yakin?” tanya Yera meragu.

“Mm… kamu menolaknya?”

“Gak, aku akan menunggumu, senior.” Ucap Yera cepat dan antusias.

“Ayo, aku akan mengantarmu pulang sekarang!” seru Jaemin.

Yera menjawab dengan anggukkan.”

***

“Masuklah!” pinta Jaemin diselingi senyuman.

“Baik, aku masuk.” Sebelum memasuki pintu, Yera membalikan tubuhnya.

“Berhati-hatilah senior!” tutur Yera.

Jaemin membalas Yera dengan anggukkan juga senyuman.

Setelah melihat Yera menutup pintu rumahnya. Jaemin baru meninggalkan rumah gadis itu. Saat ini perasaan Jaemin masih bingung dan terasa ganjil. Bagaimana dirinya menanggapi Yera. Gadis itu masih sangat terlihat polos. Apakah dirinya benar akan mengutarakannya atau ia hilangkan benih perasaan yang berkecamuk dihatinya.

***

Sinar pagi yang memancarkan embunya mengenai kulit seorang gadis yang masih setia berada di tempat tidurnya. Pancaran yang terasa sedikit panas terkena kulit gadis itu menimbulkan tubuhnya menggeliat tidak nyaman dan beberapa detik akhirnya terbangun jua.

“IBU! Jam berapa sekarang?” teriak Yera spontan.

Gadis itu melirik jam dinding. Bersyukur sekali karena jarum jam masih berada pada pukul 6. Cahaya yang muncul belum tentu menunjukkan hari sudah siang. Benarkan.

Yera mengeluarkan seragam sekolahnya dari dalam lemari sebelum memasuki bathroom. Hanya cukup 30 menit gadis itu keluar dari bathroom memakai seragamnya dan mengoleskan sedikit bedak bayi pada wajahnya walaupun tidak memakai bedakpun Yera tetap cantik alami.

TING… NONG….

Senyuman langsung merekah di bibir Yera saat mendengar suara bel di depan rumahnya. Berjalan ke lantai bawah ingin membukakan pintu.
Satu meter, dua meter dan tiga meter. Yera membuka pintunya.

“Hai!” sapa seorang lelaki di depan rumah.

“Hai juga senior!” Yera balik menyapa.

“Kamu udah siap?” tanyanya.

“Iya, senior. Ayo pergi!” ucap Yera.

Mereka berdua pun berjalan kaki menuju sekolah. Hanya ada beberapa gang yang harus mereka lewati untuk sampai di sekolah. Selain itu, Yera yang sering sekali diantar pulang oleh Jaemin karena banyaknya gang yang sempit dan sepi. Terlebih jika Jaemin melihat Yera pulang sendirian. Ia hanya khawatir jika sesuatu akan terjadi pada gadis itu.

Di tengah perjalanan Jaemin menghentikan langkahnya membuat gadis disampingnya menatap aneh.

“Senior, kenapa berhenti?”

“Yera tunggu! Kita berhenti sebentar.” Pinta Jaemin.

“Tapi sebentar lagi akan masuk.” Tolak Yera dengan halus.

“Aku tahu. Hanya sebentar.” Lirih Jaemin.

“Yera,”

“Ya?”

“Kamu belum merasakannya?” ujar Jaemin.

“Maksud senior? Aku gak ngerti.” Sahut Yera, mengernyitkan keningnya.

“Yera aku menyukaimu,” Jaemin spontan mengucapkannya.

Yera tetap mengernyitkan keningnya tanda tidak mengerti. Lalu beberapa saat tersenyum.

“Aku tahu senior menyukaiku… sebagai adik, iya!” tutur Yera dengan polosnya.

Jaemin yang mendengar jawaban Yera langsung menghembuskan nafasnya kasar. Menahan kesal.

“Bukan!” elak Jaemin.

“Lalu, apa?” tanpa mengubah nada halus suaranya.

“Aku, menyukaimu sebagai cowok bukan sebagai kakak dan adik. Yera,” ucap Jaemin sedikit meninggikan nada bicaranya.

Senyum yang tadinya terlihat jelas di wajah imut nan manisnya mendadak hilang dalam sekejap seperti tertelan kata.

“Senior, kamu….”

“Senior sebentar lagi masuk, ayo cepat! Katanya hanya sebentar.” Yera berusaha mengalihkan ke pembicaraan lain.

“Yera kumohon. Jawab aku!” tutur Jaemin sambil menahan lengan Yera yang ingin melangkah pergi.

Sontak gadis itu menoleh dan menatap Jaemin dengan tatapan sendu.

“Senior, aku… aku butuh waktu.” Lirih Yera dengan menahan nafasnya sebentar.

“Baiklah aku akan menunggu jawabanmu besok. Datanglah ke sungai Han sebelum matahari terbenam.” Gumam Jaemin pelan.
Hatinya terasa teriris karena gadis itu belum menjawabnya. Jaemin masih belum siap mendengar jawaban gadis itu. Bagaimana kalau ia ditolak?
Sungguh miris. Jaemin berharap Yera mau menerimanya bukan sebagai kakak tapi sebagai cowok.

***

Matahari hampir terbenam. Langkah cepat dilakukan Yera. Mungkinkah Jaemin masih menunggunya di sungai Han. Saat ini Yera masih bingung dengan jawabannya. Apa yang harus ia jawab. Pikirannya sangat berkecamuk, tidak beraturan. Rasa gelisah melanda dirinya.

Di depan sana berdiri seorang lelaki yang sedang memandangi sungai Han. Masih belum menyadari dibelakangnya terdapat Yera yang menatapnya antara bingung atau senang.

Ketika menyadari ada bayangan seseorang dibelakangnya karena matahari yang hampir terbenam. Jaemin berbalik dan mendapati yera tengah berdiri sambil menundukkan kepalanya. Entah apa yang sedang gadis itu pikirkan.
Spontan Yera mengangkat kepalanya dan terkejut setelah menyadari bahwa Jaemin sedang menatapnya. Nyaris gadis itu hampir terjungkal jika saja tidak bisa menahan beban tubuhnya.

“Se… Senior?” ucap Yera terbata – bata.

“Yera,” panggil Jaemin.

“I… Iya?” sahut Yera sambil menahan nafasnya sebentar.

“Duduklah dulu!” pinta Jaemin sambil menepuk-nepuk bangku kosong disebelahnya.

Dengan ragu Yera melangkahkan kedua kakinya menghampiri bangku kosong di sebelah Jaemin. Tiba-tiba jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Tapi dia-kan tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Oh ya tuhan!

Untuk beberapa saat mereka berdua terdiam. Larut dalam pikiran masing-masing. Lalu sontak Jaemin mengejutkan Yera. Mungkin bukan mengejutkan tapi Yera sendiri yang terlalu larut dalam pikirannya sehingga berpikir bahwa Jaemin mengejutkannya yang padahal tidak. Hanya memanggil seperti biasanya.

“Bagaimana?”

“YAkk? Senior kamu mengejutkanku.” Kesal Yera.

“Aku gak mengejutkanmu. Bukan ‘kah aku kalau memanggilmu memang seperti ini,” bela Jaemin.

“Sungguh? Maaf senior. Aku hanya melamun.” Sesal Yera.

“Jadi bagaimana?” lanjut Jaemin ke inti pembicaraan.

“Bagaimana… apa?” tanya Yera pura-pura lupa.

“Memangnya tujuanmu kemari untuk apa? Kamu sungguh melupakannya dengan mudah.” Geram Jaemin.

“Maaf senior. Aku… Baru ingat.”

“Bagaimana jawabanmu?” tanya ulang Jaemin tidak sabaran.

“Aku… bagaimana ya?” ucap Yera pelan.

“Mm… Aku tidak akan bisa… menolakmu, senior.” Ucap Yera dan langsung menutup wajahnya malu dengan kedua tangannya.

Semburat merah langsung terlihat di wajah cantik Yera sehingga gadis itu menutup wajahnya. Sedangkan Jaemin sendiri menahan senyumnya yang hampir lolos. Ia tidak percaya sebelumnya kalau gadis di sebelahnya akan menerimannya. Ini sungguh diluar ekspetasinya. Luar biasa.

Tangan Jaemin yang tadinya berada di sisi bangku terangkat mengambil kedua tangan Yera yang menutupi wajah gadis itu. Tentu Yera masih merasa malu dan tetap menutup kedua matanya tanpa memalingkan wajah kearah lain. Ia masih bingung dengan apa yang harus ia lakukan sekarang.

“Buka matamu, Yera.” Pinta Jaemin masih dengan menahan senyumnya.

Perlahan Yera membuka matanya dengan ragu namun, hanya sesaat karena gadis itu kembali menutup matanya. Rasa takut masih menghinggapi dirinya. Senyum tertahan tidak terelakan dari Jaemin.

“Kumohon, bukalah matamu.”

Yera hanya menggelengkan kepalanya.

“Kalau kamu gak mau buka matamu, aku akan pergi.” Ancam Jaemin yang hanya sedang mengerjai Yera.

Spontan Yera membuka mata dan mendongakkan kepalanya untuk melihat. Jaemin yang terkejut pada akhirnya tersenyum bebas melihat tingkah lucu Yera.

“Aku malu senior.” Gumam Yera dengan suara kecil.

“Kenapa harus malu. Kamu ‘kan hanya perlu menjawabnya,” desis Jaemin. Dengan menghembuskan nafasnya pelan.

“Waw… Lihat senior! Itu di atas,” pinta Yera. Menunjukkan sesuatu.

“Ohh… Burung merpati.” Gumam Jaemin datar.

“Cantik ‘kan? Sangat – sangat cantik.” Ucap Yera masih menatap ke atas langit.

“Iya, cantik. Tapi nggak imut,” sindir Jaemin.
Yera yang mendengarnya langsung menatap tajam kearah Jaemin.

“Kenapa?”

Lelaki itu yang baru menyadari jika Yera menatapnya tajam, hanya mengerutkan keningnya. Merasa bingung.

“Senior bilang merpati itu gak imut. Memangnya merpati itu manusia apa.” Telak Yera masih memperlihatkan tatapan tajamnya.

“Berhenti melihatku seperti itu, aku ‘kan hanya berkomentar.” Bela Jaemin untuk dirinya sendiri.

“Baiklah, maaf. Aku hanya bercanda.” Sesal Jaemin, terpaksa mengalah.

“Aku maafkan,”

Seketika senyum kembali terpancar di wajah Yera. Mengagumi pemandangan indah didepannya. Tapi tidak akan bisa menandingi kekagumannya pada lelaki disampingnya sekarang.

“Senior, terima kasih!” lirih Yera dengan suara lembut.

“Kamu sudah berapa kali mengucapkan terima kasih padaku. Pasti banyak banget.” Tutur Jaemin menahan kesal.

“Mm… Mungkin sudah hampir 100 kali,” lalu Yera menunjukkan cengiran lebarnya. Menahan malu.

“Jangan mengatakan terima kasih lagi! Itu yang terakhir.” Ujar Jaemin memperingatkan.

“Iya, Senior. Terim…” Yera hampir saja mengulanginya. Padahal baru saja diingatkan.

Pada akhirnya keduanya tertawa bebas. Mengeluarkan perasaan masing-masing. Benih cinta yang mulai mereka alami dan seiring waktu yang mereka jalani. Sebuah kisah antara dua remaja yang sedang jatuh cinta.

TAMAT.

Facebook Comments Box

Novia Ayashin

Add comment

CoretanPelajar

TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA

covid-19 widget

Email Newsletter

MailChimp newsletter form can be embedded here!

For more info, please visit MailChimp documentation.

WhatsApp chat