NU Studies

Pergolakan pemikiran yang terjadi diberbagai kalangan masyarakat menimbulkan kekhawatiran yang cukup mendalam, terutama yang menyangkut dalam hal tatanan sosial. maka dari itu muncul pertanyaan, bagaimana nasib masyarakat yang tergerus oleh pergolakan tersebut? Penulis akan berikan sebuah opini yang telah di pelajari dari sebagian pemikiran dalam social kita saat ini, disini penulis akan kupas tuntas dari opini pribadi mengenai karya tulis yang di buat oleh seseorang yang berlatar belakang instansi keilmuan, bernama Ahmad Baso. Karya nya berjudul ” NU Studies”
Ahmad Baso sendiri lahir di Makasar, 14 November 1971, pernah menuntut ilmu sebagai santri selama lima tahun di Pesantren An-Nahdlah Makasar di bawah asuhan KH M. Haritsah AS. Dan KH sanusi Baco Lc. Melalui karya ini ia melukiskan dan memperkenalkan terobosan dalam islam di indonesia. Dalam terobosan ini dapat dirasakan bahwa hasil pemikirannya adalah hasil pemikiran dari tindakan yang sangat berani. Karena dalam hal ini Ahmad Baso, memberikan NU Studies sebagai terobosan yang berisi himpunan tradisi, pencerahan dan kritisme, yang berakar dalam khazanah mayoritas umat beragama yang ada di nusantara.
Dari sekian banyak pemikiran yang beliau tuangkan dalam karya nya tersebut, memiliki banyak makna dan hikmah pembelajaran yang perlu di tela’ah oleh kita, bahkan tak jarang isi menyinggung problematika kehidupan, meskipun begitu bayak solusi yang diberikan setelah datangnya masalah yang ditampilkan oleh kehidupan bermasyarakat, hal yang benar dan harus dilakukan oleh kita sebagai kaum awam yang mendominasi masyarakat terutama yang ada di indonesia, ketika kondisi masyarakat bergejolak dalam transformasi pemikiran dan ideologi. NU hadir untuk memberikan pencerahan dan perbaikan dalam tatanan sosial.
Terutama dalam masa pemerintahan president kita yang ke4 yakni KH. Abdurrahman Wahid,atau yang lebih dikenal sebagai Gus Dur. Nu tampil dan muncul dalam kondisi yang memungkinkan untuk memberikan pengaruh besar kepada rakyat indonesia kala itu, namun terlepas dari itu semua dari kemungkinan pengaruhnya memberikan dampak positif, tak jarang pula keNUan memiliki tantangannya sendiri dalam menaungi negara indonesia. yang membuat dampak NU luarbiasa adalah karena adanya respon dan efektifitas masyarakat ke NU itu sendiri, sehingga NU mudah di terima dan membaur dalam tatanan masyarakat indonesia yang majemuk.
NU muncul untuk menampilkan penyeragaman cara berpikir, yang menyempal dari tradisi beragama dan kultural bangsa indonesia, karena di tinjau dari kemajemukan dan keluasannya keunikan bangsa indonesia yang lebih kompleks dari apa yang kita lihat, maka Dalam konteks penyeragaman seperti inilah, “NU Studies” hadir. Ia muncul untuk memberikan dan membuka wawasan kita dengan berbagai pilihan dan perspektif. “NU Studies” ini pula hadir untuk mengkomunikasikan warna-warni kehidupan dalam memandang agama, realitas sosial, dan juga kebangsaan. Karya ini membuka ruang dialog pemikiran dan rasa keingintahuan kita terhadap NU di indonesia.

Di pembahasan awal NU Studies menghadirkan fakta yang lebih menarik. Karena di dalamnya berisi kondisi awal NU itu sendiri yang berawal dari pemikiran para Ulama yang ada di indonesia memiliki kekhawatiran atas nasib bangsa nya sendiri terutama dalam hal ini rakyat kecil.
Berawal dari Nu menulis.. Para ulama berperan aktif dalam segala aspek dan nasib masyarakat di nusantara. disini Nu menitik tilaskan pemikiran agama untuk sosial, aspek ini sangat penting karena pada dasar nya Nu lahir oleh keikhlasan dan siap dalam berjuang terhadap masyarakat. Di lihat dari aspek ini maka NU memiliki peranan besar, terlebih lagi dalam hubungan kenegaraan, terutama para ulama dan para Kiyai.
Keunikan adalam pemikiran Nu adalah bahwa Nu memiliki dasar pada persaudaraan dan toleransi yang lebih besar dari hubungan kehidupan semata , hal Ini yang kemudian di tulis oleh Abdurrahman Wahid dalam satu tulisannya di jurnal Prisma:
“Inti dari tradisi keilmuan yang dianut NU adalah perpautan organis antara tauhid, fikih, dan tasawuf secara tidak berkeputusan, yang dalam jangka panjang menumbuhkan pandangan terpautnya sendiri antara dimensi duniawi dan ukhrowi dari kehidupan. Yang paling disukai dilingkungan NU adalah ungkapan berikut: ‘Hidup di dunia sangat penting kalau dijadikan persiapan untuk kebahagiaan akhirat, dan akan kehilangan artinya jika tidak diperlakukan seperti iti. ‘perpautan dimensi duniawi dan ukhrowi dari kehidupan ini merupakan mekanisme kejiwaan yang berkembang dikalangan NU untuk menghadapai tantangan sekulerisme terang-terangan bahkan timbul dari proses modernisasi. Hal ini sudah tentu ada implikasinya sendiri kepada kenegaraan yang dianut warga NU yang masih belum kehilangan tradisi keilmuagamaannya. Kewajiban hidup bermasyarakat, dan dengan sendirinya bernegara, adalah sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi. Eksistensi negara mengharuskan adanya ketaatan kepada pemerintah sebagai sebuah mekanisme pengaturan hidup, yang dilepaskan dari perilaku pemegang kekuasaan dalam kapasitas pribadi.”
(*dikutip dari NU Studies)

Dari hal yang telah disebutkan tadi, kebijakan untuk berinteraksi dalam kenegaraan NU selalu punya cara khas dalam mempertahankan hubungan rakyat untuk persatuan dan kesatuan yakni mengiringi antara agama dan ilmu sosial, untuk menjadikan dua hal tersebut berjalan serasi dan selaras, bahkan pada saat KH. Abdurrahman Wahid menjabat sebagai president ke4 RI, banyak pihak yang mengira bahwa kelak kebijakan president kala itu mungkin akan mengislamismekan indonesia, namun pada kenyataannya KH. Abdurrahman Wahid tetap mempertahankan kulturasi dan keanekaragaman indonesia yang memiliki berbagai macam agama, suku, budaya dan ras yang ada di Nusantara.

Nah melalui keterkaitan usaha dan hubungan masyarakat bahwa bagi NU memiliki cara yang terkadang terbilang sangat mengutamakan kemaslahatan ummat, terutama mengingat bagaimana KH. Abdurrahman Wahid dalam menyikapi, jiwa kenegaraan, dan sosial serta agama.
ke-NU-an, kebangsaan dan Keislaman
“Dari sikap nasionalisme dan religius menjadi satu padu, saling melengkapi hingga akhirnya menyinari dan memberikan keindahan dalam hubungan duniawi dan ukhrowi, mungkin itu taggapan yang cukup menarik mengenai bentuk dan isi karya tulis ini”. Penulis sekali lagi akan mengangkat dan. Mengutip bagian menarik dari tulisan karya Ahmad Buso ini. Yakni Sbb:
Pandangan umum selama ini menyatakan”cinta tanah air dan bangsa adalah bagian dari iman”(hubb al-wathan minal iman). Gagasan tentang “sebangsa”,”menjadi manusia”,dan hidup bersama dalam satu kebangsaan”. Adalah ungkapan-ungkapan kebersamaan,solidaritas,kemandirian dan kesatuan sebagaiman terbentuk imajinasi tentang Nusantara. Bahkan hamparan budaya dan sistem politik Nusantara ini dibangun oleh mereka sendiri. Keberadaan kebudayaan di masa lalu tidak hanya memberikan jangkar bagi eksistensi bangsa kita saat ini, agar tidak terombang-ambing oleh gempuran budaya lain yang dekaden dan kolonialistik. Tetapi juga merupakan sumber inspirasi dan sekaligus titik tolak dalam berkreasi.
Dari apa yang dibahas, Nu selalu tampil sebagai tokoh figur yang sangat dibutuhkan oleh segala elemen yang ada di masyarakat, disini penulis menyampaikan kekaguman dari apa yang ia baca dari sebuah karya tulis, Ahmad Baso mengemas karyanya itu dengan bahas yang terkesan intelek, sehingga penyampaian mungkin akan sedikit sulit dimengerti, tapi hal itu menjadi poin keunggulannya tersendiri, wawasan akan di hadirkan di dalam nya..
Wal akhiroh..
Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan.

Facebook Comments Box

Raja Singasari

Add comment

CoretanPelajar

TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA

covid-19 widget

Email Newsletter

MailChimp newsletter form can be embedded here!

For more info, please visit MailChimp documentation.

WhatsApp chat