Bukan lagi rahasia kalau ibu adalah sosok perempuan yang paling kuat di keluarga. Nah, kamu sendiri, udah lakuin hal apa di Hari Ibu kemarin? Apa pun itu.
Coba Saya tanya dulu deh, siapa tokoh yang kamu bayangkan ketika mendengar “Pahlawan Perempuan Indonesia”? RA. Kartini? Dewi Sartika? Atau Cut Nyak Dien? Oke, itu memang nggak salah, tapi ternyata banyak Loh!! yang perlu kita eksplor dari kata kunci “Pahlawan Perempuan Indonesia”
Selama ini, kita mungkin hanya mengenal sosok Kartini sebagai pahlawan dari Jepara yang memperjuangkan emansipasi perempuan Indonesia. Tapi, apakah kalian udah tahu kalau Kartini nggak memperjuangkan itu seorang diri? untuk mencapai cita-citanya menaikan derajat perempuan Indonesia, khususnya di tanah Jawa, Kartini mencoba untuk menggebrak dunia baru bersama dua saudaranya. Siapakah saja mereka?
Mereka adalah RA. Kardinah dan RA. Roekmini. Yup, dua perempuan ini adalah adik perempuan dari Kartini. RA Kartini, RA. Kardina dan RA Roukmini ini sering disebut “Het Klaverblad” (daun semanggi) Oleh orang-orang bangsa belanda pernah berinteraksi dengan mereka.
RA. Kardinah
Nama RA. Kardinah kaya ga asing kan bagi telinga kita, apalagi bagi orang brebes atau orang tegal, yups karena Nama Beliau dijadikan sebuah nama RS di daerah Kota Tegal, tidak seperti kakak-kakaknya RA. Roekmini dan RA. Kartini, RA Kardinah ini lebih memusatkan perjuangannya di Tegal, RA Kardinah tidak serta merta beliau berjuang di tegal, dikarenakan RA. Kardinah diboyong oleh suaminya Ario Reksonegoro X ke tegal dikerenakan suami RA Kardinah adalah bupati dari tegal,
Setelah RA Kardina pindah ke Tegal Jiwa Pejuangnya masih bergelora, beliau mendirikan sebuah sekolahan untuk masyarakat pribumi. Hal ini karena Kardinah nggak puas tuh dengan pemerintah Belanda yang membatasi pendidikan kaum pribumi. Saat itu cuma kalangan atas, terutama laki-laki, yang boleh bersekolah tinggi lho.
Dalam bukunya yang berjudul Kardinah: Sebuah Biografi Pejuang Kemanusiaan (1881-1971), Budayawan Tegal bernama Yono Daryono menjelaskan bahwa Kardinah mendirikan sebuah bernama Sekolah Wisma Pranawa. Sekolah ini sangat terkenal hingga mendapat donasi dari Residen Pekalongan dan Ki Hajar Dewantara. Wisma Pranawa mengajarkan pula pendidikan karakter selain keterampilan dan pengetahuan lainnya,” kata Wijanarto.
Tidak hanya sekolah yang beliau bangun, tapi beliau juga membangun sebuah perpustakaan yang diberi nama “Panti Sastra”, dan RA Kardinah juga membangun sebuah Rumah Sakit dan diberinama Kardinah Ziekenhuis. Sejak kecil, Kardinah memang mempunyai cita-cita mendirikan rumah sakit umum, karena sering melihat ketidakadilan dalam pelayanan kesehatan. Apabila dirinya sakit, berbaring di tempat tidur dan selimut serta obatnya dari dokter. Sedangkan jika pelayan sakit, hanya di balai-balai, obatnya sekehendak sendiri, dan selimutnya dari kain.
Yono mengatakan, sepeninggal Kartini, Kardinah mengerjakan apa yang dicita-citakan Kartini.
“Kemurnian gagasan Kartini diterjemahkan Kardinah dengan bahasa nyata, yakni perbuatan. Saya berpendapat Kardinah layak diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional,” kata Yono yang mulai tergugah meneliti Kardinah sejak 1976.
RA. Roekmini
Nah, teman-teman. Mungkin cerita perjuangan Roekmini agak berbeda dari dua saudaranya nih. Dibanding dengan Kartini dan Kardinah, perempuan yang lahir pada 4 Juli 1880 ini memiliki pribadi yang lebih maskulin. Dan karenanya, Roekmini adalah satu-satunya di antara ketiga bersaudara itu yang menikah tanpa lewat perjodohan, padahal mereka bertiga sama-sama menentang sistem feudal dan konservatif masyarakat Jawa.
berbeda pandangan tentang pendidikan antara kakak-kakaknya RA. Roekmini lebih menitik beratkan pada praktik dari pada teori-teori, sebab itu RA Roekmini membuat sekolah kejuruan atau sekolah vokasional
Kalau Kardinah membangun masyarakat dengan fasilitas-fasilitas, Roekmini lebih memilih di jalur organisasi. Yup, adik tiri Kartini ini sangat aktif di organisasi dan komunitas yang memperjuangkan hak para perempuan. Ia pernah bergabung dengan organisasi pejuang hak pilih perempuan Eropa bernama Vereeniging voor Vrouwenkiesrecht (VVV). Nggak cuma sebagai anggota biasa, Roekmini bahkan masuk sebagai badan eksekutif sejak Juli 1927 – pertengahan 1931.
RA Roekmini juga bergabung dalam Kongres Perempuan Indonesia di Yogyakarta pada bulan Desember. Bahkan di Kongres Perempuan Indonesia II, ia dipilih menjadi perwakilan Indonesia untuk Kongres Perempuan se-Asia di Lahore, Pakistan bersama Sunaryati Sukemi pada Januari 1931. Wah, hebat ya! Ternyata Bu Roekmini adalah salah satu delegasi perempuan Indonesia pertama di pergerakan internasional.
RA Roekmini lebih berjuang dengan kemampuannya berorganisasi, menyerukan hak-hak perempuan, tentang emansipasi wanita di Indonesia,
Tentunya semua prestasi Kardinah dan Roekmini nggak diraih dengan gampang. Banyak rintangan-rintangan yang mereka lalui, seperti ketika ayah mereka meninggal di tahun 1905 dan membuat keluarga Adipati Ario Sosroningrat harus kehilangan pengakuan publik. Tapi kenapa mereka tetap berhasil? Kuncinya adalah karena mereka nggak berhenti mencoba dan bekerja keras.
Kamu juga harus seperti itu dong! Nggak peduli kamu cewek atau cowok, sebagai anak kebanggaan bangsa Indonesia pastinya harus berjuang demi kemajuan negara ini. Salah satu bentuk perjuangan yang paling mudah adalah dengan belajar.
Ingat Belajar yah……….
Belajar itu ga harus disekolah kok, Memebaca itu juga belajar ya,
@Uzumaky
Karena dia lah yang menyemangati perempuan di seluruh indonesia supaya kuat dan berani