Kerajaan Perlak
Perlak merupakan wilayah yang berada di Aceh Timur yang banyak ditumbuhi kayu. Kata perlak berasal dari kata Peureulak. Wilayah ini banyak dikunjungi oleh orang luar dengan tujuan membeli kayu tersebut. Sebagai suatu pelabuhan perniagaan yang maju dan aman di abad ke 8 masehi. Perlak menjadi tempat singgah kapal dari Arab dan Persia. Seiring berjalannya waktu maka terbentuk dan berkembanglah masyarakat Islam yang didominasi oleh perkawinan antar saudara muslim dengan perempuan negeri.
Pernikahan ini menimbulkan lahirnya keturunan muslim dari percampuran darah Arab, Persia, dengan para putri Perlak. Kerajaan Islam Perlak di Sumatera berdiri pada hari Selasa, 1 Muharram 225 H/840 M. Dengan raja pertamanya Syed Maulana Abdul Azia Shah (peranakan Arab Quraisy dengan putri Perlak) atau yang terkenal dengan gelar Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah.
Ketika itu ibukota kerajaan langsung berubah dari Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah. Mengapa diganti? karena untuk mengenang jasa nahkoda khalifah yang sudah membudayakan islam kepada masyarakat Asia Tenggara yang dimulai dari Perlak.
Para sultan yang memimpin, yaitu:
- Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah (225-249H/840-864M).
- Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah (249-285H/864-888M).
- Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (285-300H/888-913M).
Masa pemerintahan ketiga sultan diatas disebut pemerintahan Dinasti Syed Maulana Abdul Azis Shah. Di masa pemerintahan beliau (aliran Syi’ah), aliran ahlus Sunnah wal Jamaah mulai berkembang dalam masyarakat dan hal ini tidak disukai oleh Syi’ah. di akhir pemerintahan sultan ke 3 terjadi perang saudara antara golongan tersebut dan menyebabkan kematian sultan. Sehingga 2 tahun tidak ada sultan.
Pada tahun 302-305H/915-918M Syed Maulana Ali Mughayat Shah menjadi sultan. Setelah sekitar 3 tahun, di akhir masa pemerintahannya terjadi lagi pergolakan antara dua golongan. Kemenangan ada pada pihak ahlus Sunnah wa Jama’ah sehingga sultan yang diangkat untuk memerintah Perlak diambil dari golongannya yaitu dari keturunan Meurah Perlak asli (syahir Nuwi). ada 3 sultan yang pernah memimpin Perlak setelah itu, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Shah Johan Berdaulat (306-310H/928-932M). Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah Johan Berdaulat (310-334H/932-956M). Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat (334-362H/956-983M). di akhir pemerintahan sultan abdul malik (sultan ke 3) terjadi lagi peperangan antara kedua aliran selama 4 tahun yang diakhiri dengan perdamaian dengan membagi wilayah kerajaan menjadi 2. Perlak pedalaman untuk golongan ahlus Sunnah wal Jama’ah dan Perlak pesisir bagi golongan Syi’ah.
Kerajaan Aceh Darussalam
Pada akhir abad ke-15 arus penjajahan barat ke timur sangat ramai, khususnya penjajahan barat. Kristen terhadap timur islam. Keinginan untuk mendapatkan harga yang banyak melalui cara yang haram telah memicu orang Eropa berlomba-lomba ke dunia bagian timur. Diantara bangsa EROPA KRISTEN saat itu yang sangat berambisi terhadap tanah jajahan yaitu Portugis. Setelah mereka merampok Goa di India, selanjutnya mengincar Malaka. Sehingga Malaka jatuh ke tangan portugis pada tahun 1511. Sesudah Malaka jatuh ke tangan Portugis, lalu Portugis mengatur rencana tahap demi tahap.
Portugis telah bisa memaksa nafsu penjajahan nya kepada para raja seperti Kerajaan Islam Jaya, Samudera Pasai, dan Kerajaan Islam Pidier. Hal itu terjadi menjelang akhir abad 15 dan awal abad 16 Disaat itulah muncul seorang tokoh yang berusaha mempersatukan 6 kerajaan yaitu Pidie, Indra Purba, Samudera Pasai, Perlak, Tamiang, dan Indra Jaya.
Pada 1514 Ali Mughayat Syah dilantik sebagai Sultan (1514-1530M) dengan nama Kerajaan Aceh Darussalam. Wilayahnya meliputi Aru sampai Pancu di pantai utara dan jaya sampai ke barus di pantai Barat dengan ibu kota Banda Aceh Darussalam. Beliau selalu menetapkan satu tekad untuk mengusir Portugis dari Sumatera Utara. Terjadi beberapa pertempuran dengan portugis (1521, 1526, 1528 dan 1542 M). Tentara Portugis berhasil dihancurkan melalui beberapa pertempuran di berbagai medan. Sultan Ali Mughaiyat meninggal pada hari Selasa tanggal 12 Zulhijjah 936H/7 Agustus 1530M.
Setelah berhasil membangun pondasi kuat untuk salah satu kerajaan islam di sumatera ini. Selain itu beliau juga menciptakan bendera kerajaan yang bernama Alam Zulfiqaar (bendera cap pedang) berwarna merah darah dengan pedang putih. Aceh Darussalam mengalami zaman gemilang pada kepemimpinan Sultan Ali Mughaiyat Syah, Sultan Alaiddin Riayat Syah II, Sultan Iskandar Muda Darmawangsa Perkasa Alam Syah dan Sultanah Sri Ratu Tajul Alam safiatuddin Johan.
Namun setelah itu masa suram terus menyelimuti terus menerus. Kerajaan ini menjadikan Islam sebagai dasar negara. Terdapat 31 raja yang pernah memerintah, dengan raja terakhir adalah Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah (1870-1904M).
dan masih ada beberapa kerajaan Islam yang berkembang di Sumatra pada saat itu seperti
Add comment