Masa pendudukan Jepang pada 1942 sampai 1945 menjadi catatan sejarah kelam dalam perjuangan bangsa Indonesia. Jutaan rakyat Indonesia kala itu hidup tersiksa dan kelaparan. Mereka dipaksa bekerja dan tak punya kebebasan. Ironinya, di awal kedatangannya, Jepang disambut gembira oleh rakyat Indonesia. Sebelum sampai ke cerita itu, mari simak dulu latar belakang Jepang datang ke Indonesia
Sebelum abad ke-18, Jepang adalah negara yang terbelakang. Jepang hanya mampu mengekor tetangganya, China dalam berbagai hal. Namun ini semua berubah ketika Amerika datang ke Jepang memaksa Jepang membuka pelabuhannya. Bangsa Jepang menyadari ketertinggalan mereka jika dibanding dengan negara-negara barat. Mereka pun melakukan revolusi besar-besaran dengan belajar ke barat. Revolusi ini dikenal dengan Restorasi Meiji yang dimulai pada 1868. Hasilnya, Jepang semakin kuat dan modern. Bersamaan dengan ilmu dan teknologi, Jepang juga membawa ajaran imperialisme dari barat. Imperialisme adalah upaya mendominasi dan memperkuat negara dengan menjajah atau menguasai wilayah lain.
Jepang membawa ideologi fasisme. Fasisme biasanya dicirikan dengan nasionalisme yang berlebihan (ultranasionalisme), mengutamakan kekuatan militer, dan otoriter. Di Perang Dunia II, Jepang menunjukkan kekuatannya dengan berperang melawan Amerika Serikat. Pada 8 Desember 1941, Jepang mengebom Pearl Harbour, pangkalan militer AS di Samudra Pasifik. Kemenangan Jepang di Pearl Harbour dan tempat lainnya mendorong Jepang melebarkan sayapnya ke Asia Tenggara. Jepang ingin mengalahkan AS dan sekutu-sekutunya yakni Inggris, Belanda, dan Australia.
Masuknya Jepang ke Indonesia
Dikutip dari Pendudukan Jepang di Indonesia (2009), Jepang pertama kali datang ke Indonesia pada tanggal 11 Januari 1942 lewat Tarakan, Kalimantan Timur.
Pasukan Hindia Belanda terpukul mundur. Kemudian pada 24 Januari 1942, Balikpapan kembali jatuh ke tangan Jepang. Menyusul Pontianak pada 29 Januari 1942, Samarinda pada 3 Februari 1942, dan Banjarmasikn pada 10 Februari 1942. Pada 14 Februari 1942, Jepang menurunkan pasukan payung di Palembang dan berhasil menguasai kota itu hanya dalam dua hari. Di Kalimantan dan Sumatra, Jepang menguasai ladang minyak. Jepang kemudian mulai bergerak ke Jawa yang menjadi pusat kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda. Pada 1 Maret 1942, tentara ke-16 Jepang mendarat di Teluk Banten, Eretan Wetan di Jawa Barat, dan Kragan di Jawa Tengah. Pada 5 Maret 1942, Jepang berhasil merebut Batavia dari Hindia Belanda. Gubernur Jenderal Hindia Belanda, komandan dan pasukannya yang terpukul mundur ke Lembang, Jawa Barat, akhirnya dikuasai juga oleh Jepang.
Pasukan Belanda yang kalah, bersedia menyerahkan Bandung dan daerah-daerah sekitarnya. Namun Letnan Jenderal Hitoshi Imamura yang memimpin invasi, meminta penyerahan total atas semua pasukan di Jawa dan bagian Indonesia lainnya. Jika Belanda menolak, Jepang akan mengebom Bandung dari udara. Belanda akhirnya memenuhi tuntutan Jepang. Pada 8 Maret 1942, Gubernur Jenderal Tjarda Starkenborgh Stachouwer dan Panglima Tentara Hindia Belanda Ter Poorten menemui Letnan Jenderal Imamura di Kalijati, Subang, Jawa Barat untuk berunding. Hasilnya adalah penyerahan Angkatan Perang Hindia Belanda kepada Jepang. Peralihan kekuasaan ini ditandai dengan ditandatanganinya Perjanjian Kalijati antara Jenderal Ter Poorten dengan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura.
Mengapa kedatangan Jepang disambut gembira?
Kedatangan Jepang ke Indonesia disambut dengan gembira rakyat Indonesia. Dikutip dari Di Bawah Matahari Terbit (2016), kedatangan Jepang disambut baik karena Jepang dianggap telah membebaskan Indonesia dari belenggu Pemerintah Hindia Belanda. Jepang berusaha menampilkan kebenciannya terhadap bangsa kulit putih dengan menyiksa tawanan Belanda di depan umum. Sebaliknya, Jepang membebaskan rakyat pribumi yang jadi tawanan politik Belanda Penulis Pramoedya Ananta Toer yang menyaksikan kedatangan pasukan Jepang di Blora, Jawa Tengah pada 1942 menulis, “dengan kedatangan pasukan Jepang, hampir setiap orang di kota memiliki harapan yang tinggi terhadap mereka, kecuali di kalangan orang-orang yang mengabdi kepada Belanda.” Di sepanjang jalan, pasukan Jepang disambut dengan sorak sorai “Banzai, banzai!” serta “Hidup Nippon, hidup Nippon!”.
Sebelum bala tentara Jepang mendarat di Indonesia, selama beberapa bulan radio Tokyo telah mendengung-dengungkan propaganda bahwa mereka akan membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda. Di awal kedatangannya pun, Jepang memutarkan lagu Indonesia Raya setiap hari lewat radio. Bendera Merah Putih juga dikibarkan oleh Jepang di samping bendera Jepang. Jepang mengenalkan diri sebagai “saudara tua” bangsa Indonesia karena sama-sama dari benua Asia. Jepang melancarkan propaganda yang menunjukkan dirinya seolah-olah pahlawan. Mereka menjanjikan masyarakat bisa membeli barang dengan harga murah karena politik dumping. Politik dumping Jepang yakni menjual harga barang lebih murah di luar negeri dibanding di negaranya sendiri.
Kepada umat muslim, Jepang bahkan menjanjikan akan memfasilitasi naik haji dengan ongkos yang murah. Di awal, bujuk rayu Jepang berhasil mengelabui rakyat pribumi. Rakyat pribumi makin percaya karena ada ramalan yang ditulis Raja Kediri, Jayabaya, yang memerintah sekitar tahun 1157. Ramalan Jayabaya kira-kira berbunyi, “Akan datang bangsa berkulit kuning dari Utara, berperawakan tidak tinggi, pendek pun juga tidak. Mereka itu nanti akan menduduki tanah Jawa, tetapi hanya seusia tanaman jagung. Dan akan kembali ke negerinya sendiri, sedangkan tanah Jawa akan kembali dikuasai anak negeri sendiri pula.”
Tujuan Jepang menguasai Indonesia Berbeda dengan janji-janjinya, tujuan Jepang ke Indonesia sebenarnya tak lebih dari untuk kepentingan bangsanya sendiri.
Berikut beberapa tujuan Jepang datang ke Indonesia:
- Menjadikan Indonesia sebagai penghasil dan penyuplai bahan mentah dan bahan bakar bagi industri Jepang.
- Menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran hasil industri Jepang. Banyaknya jumlah penduduk Indonesia bisa menjadi pasar yang menguntungkan bagi Jepang.
- Menjadikan Indonesia sebagai sumber tenaga kerja dan buruh yang banyak dengan upah murah.
Add comment